PalembangPendidikanSUMSEL

Disdik Sumsel Uji Coba Kurikulum Pangan Lokal Target 34 Sekolah

Palembang, JITOE.com – Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mulai menguji coba Muatan Lokal (Mulok) Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim di 34 SMA dan SMK. Program ini bertujuan untuk membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan guna menghadapi tantangan perubahan iklim, khususnya dalam menjaga ketahanan pangan.

Plt Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Awalluddin, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan respons terhadap dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh semua pihak.

“Edukasi tentang pangan lokal sangat penting. Untuk itu kami mendorong semua sekolah untuk menerapkan kurkulum ini agar kita bisa mengantisipasi dampak dari perubahan iklim di masa depan,” kata Awalluddin dalam acara Bimbingan Teknis Mulok Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan di Palembang, Rabu (22/1/2025).

Uji coba program ini berlangsung selama satu semester, dari Februari hingga Mei 2025. Awalluddin berharap program ini menghasilkan kurikulum yang relevan dan efektif untuk diterapkan secara luas di seluruh Sumsel.

Baca Juga:   Dinilai Peduli Lingkungan dan Sehat, Kementerian LHK Beri Penghargaan 12 Sekolah di Sumsel

Awalluddin mengungkapkan Sumsel dipilih sebagai salah satu wilayah percontohan program ini karena memiliki potensi pangan lokal yang melimpah, baik nabati maupun hewani. Menurutnya, kekayaan pangan lokal di 17 kabupaten/kota di Sumsel perlu dikembangkan melalui pembelajaran berbasis buku dan modul yang telah disusun oleh tim kurikulum.

“Kami akan terus mengevaluasi penerapan kurikulum ini untuk melihat kekurangannya dan mengembangkan materi ajarnya. Sumsel memiliki lebih dari 500 SMA/SMK negeri dan lebih dari 1.000 sekolah termasuk swasta, sehingga potensi pengembangannya besar,” tambahnya.

Kurikulum ini merupakan hasil kerjasama antara Disdik Sumsel dengan ICRAF Indonesia dalam proyek Land4Lives yang didukung pemerintah Kanada. Proyek ini membantu masyarakat dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, fokus pada peningkatan ketahanan pangan melalui pangan lokal.

Direktur ICRAF, Andre Ekadinata, mengungkapkan bahwa kurikulum ini dirancang khusus untuk menyesuaikan dengan kondisi pangan lokal di setiap daerah.

Baca Juga:   Yenny Elita Bersama Pj.Bupati OKU Beri Bantuan Mesin Jahit Kepada Pelaku UMKM

“Penting bagi anak-anak untuk mengetahui bahwa pangan lokal itu beragam, bukan hanya beras dan nasi. Dengan demikian, mereka akan lebih siap menghadapi kemungkinan krisis pangan di masa depan,” ungkap Andre.

Program serupa sebelumnya diujicoba di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Namun, Andre mencatat bahwa salah satu tantangan utama adalah menyamakan pemahaman para guru tentang konsep pangan lokal dan cara pengajarannya.

“PR besarnya adalah menyamakan pemahaman guru dan pengajar tentang seperti apa pangan lokal dan bagaimana mengajarkannya. Bimbingan teknis yang kami lakukan merupakan Langkah awal untuk menyamakan pemahaman mereka,” tambah Andre.

Dengan adanya Mulok Pangan Lokal ini, siswa diharapkan tidak hanya memahami pentingnya keberagaman pangan lokal, tetapi juga mampu mempraktikkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, program ini diharapkan meningkatkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian dan mendorong terciptanya sistem pangan yang berkelanjutan.(*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button