Kesombongan Fir’aun dan Penyesalan yang Terlambat
Di puncak kejayaannya, Fir’aun berdiri dengan angkuh, menganggap dirinya sebagai Tuhan. Kekuasaan yang besar membuatnya lupa bahwa ia hanyalah manusia. Dengan sombong, ia menindas rakyatnya, menolak kebenaran, dan menantang Tuhan yang sebenarnya. Ia merasa tak tersentuh, seolah hidupnya akan kekal selamanya.
Namun, lihatlah bagaimana akhir hidupnya. Saat ombak besar Laut Merah mengepungnya, ketika kematian sudah di depan mata, barulah ia sadar. Dengan ketakutan, ia berteriak:
“Aku beriman bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri!” (QS. Yunus: 90)
Tetapi Allah menjawabnya dengan tegas:
“Apakah sekarang (baru beriman), padahal sebelumnya kamu selalu membangkang dan termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan?” (QS. Yunus: 91)
Sesal itu datang, tetapi sudah tak berguna. Fir’aun yang dulu merasa paling berkuasa, kini tenggelam tanpa daya. Segala kebanggaannya lenyap dalam sekejap, meninggalkan kisah yang menjadi peringatan bagi kita semua.
Betapa sering manusia merasa sombong dengan kekuatan, jabatan, atau kekayaannya. Kita lupa bahwa semua itu hanyalah titipan. Kita menunda taubat, merasa masih punya waktu, hingga akhirnya terlambat seperti Fir’aun.
Jangan tunggu sampai ajal datang untuk menyadari kebesaran Allah. Jangan biarkan hati kita mengeras hingga tak mampu menerima kebenaran. Sebab ketika kematian sudah tiba, tidak ada lagi kesempatan kedua.(*)