Malam ini, antara Bakauheni dan Merak
Malam menyelimuti Selat Sunda dengan keheningan yang tak sepenuhnya sunyi. Di antara Pelabuhan Bakauheni dan Merak, ada kehidupan yang terus berjalan, meski dunia di daratan mungkin sudah terlelap. Angin laut berhembus pelan, membawa hawa dingin yang menyentuh kulit, sementara aroma asin air laut terasa begitu kental di udara.
Dari dermaga Bakauheni, kilauan lampu-lampu pelabuhan terlihat seperti gugusan bintang di tepi pantai. Aktivitas tak pernah benar-benar berhenti. Deretan truk besar dan kendaraan pribadi yang berbaris menunggu giliran naik ke kapal menjadi pemandangan yang khas. Para sopir tampak bercengkerama sambil menyeruput kopi dari warung kecil di sudut pelabuhan, mencoba melawan kantuk. Para pedagang asongan hilir-mudik menawarkan rokok, camilan, hingga charger ponsel kepada para penumpang yang menunggu.
Di sisi lain, penumpang pejalan kaki tampak sibuk dengan barang bawaan mereka. Sebagian besar terlihat lelah, namun tetap antusias, terutama mereka yang hendak pulang ke kampung halaman atau memulai perjalanan baru. Suara pengumuman dari pengeras suara bergema, memanggil nomor antrean kapal berikutnya yang siap diberangkatkan.
Ketika kapal mulai meninggalkan pelabuhan, suara mesin yang berat menjadi pengiring perjalanan. Gelombang laut yang memecah di buritan menimbulkan suara gemericik lembut, menambah nuansa malam yang syahdu. Di atas kapal, lampu-lampu dek menyala terang, memancarkan sinar kekuningan yang memberikan rasa hangat di tengah dinginnya angin laut. Penumpang duduk di bangku-bangku panjang, beberapa berbincang pelan, sementara yang lain tertidur di sudut-sudut dek, berselimut jaket atau kain seadanya.
Di kejauhan, Pelabuhan Merak mulai terlihat, seperti oase bercahaya di tengah kegelapan laut. Aktivitasnya tak jauh berbeda dengan Bakauheni. Kapal-kapal ferry yang telah tiba terlihat sibuk menurunkan penumpang dan kendaraan. Deretan lampu dermaga menyinari jalan setapak tempat para penumpang berjalan menuju pintu keluar. Pedagang kaki lima di sekitar pelabuhan terus menjajakan dagangannya, dari nasi bungkus hingga minuman hangat, menjadi pelipur rasa lapar penumpang yang baru tiba.
Langit di atas Selat Sunda malam ini tampak mendung, hanya sesekali memperlihatkan sinar rembulan yang malu-malu muncul dari balik awan. Gelapnya lautan dipecah oleh lampu-lampu kapal yang berlayar bolak-balik di antara dua pulau. Cahaya mereka tampak menari di permukaan air yang berkilauan seperti permata hitam.
Di tengah perjalanan, Selat Sunda menyimpan ketenangan yang mendalam. Hanya ada suara angin, gemuruh ombak kecil, dan bisikan pelan dari para penumpang. Suasana ini menyuguhkan rasa damai, meskipun di baliknya ada hiruk-pikuk aktivitas yang terus berjalan, menghubungkan dua pulau besar: Sumatera dan Jawa.
Malam di Bakauheni dan Merak bukan sekadar perlintasan, tetapi juga sebuah perjalanan, di mana ribuan kisah penumpang saling bersilangan, membawa harapan, kerinduan, dan cita-cita di atas perairan yang memisahkan dua daratan. gpto