Nasional

Target Pembangunan Pabrik RPO Berbasis Koperasi

Editor: Pudiyaka

JITOE – Pemerintah telah menyetujui upaya pembangunan industri pengolahan minyak makan merah (Red Palm Oil), dan target pembangunan pabrik Crude Palm Oil (CPO) dan Red Palm Oil (RPO) mini berbasis koperasi ini dimulai pada Januari 2023.
Investasi yang dibutuhkan untuk membangun satu pabrik CPO dan RPO mini ini mencapai Rp23 miliar dengan return of investment (ROI) selama 4,3 tahun yang bisa dimiliki oleh koperasi.

Melalui upaya pembangunan industri RPO ini, nanti petani kelapa sawit yang berhimpun dalam suatu usaha bersama dalam bentuk koperasi yang memiliki kebun sawit minimal 1.000 Hektar, mempunyai kesempatan untuk membangun pabrik CPO dan RPO, sehingga petani sawit tidak perlu repot harus menjual TBS. Jadi hasil produksi TBS dikirim ke industri yang dikelola koperasi, kemudian diolah sampai menjadi RPO. Seperti dituturkan oleh Menteri Koperasi & UKM, Teten “Jadi dalam model kami si koperasi membeli tunai TBS-nya dari petani sehingga si petani itu tidak lagi dipusingkan harus menjual sawitnya ke mana. Lalu koperasi mengolahnya menjadi CPO dan menjadi RPO dan kemudian mereka pasarkan,” lanjutnya.

Baca Juga:   Harapan Indonesia Merajai Kendaraan Listrik

Pabrik kecil tersebut ditargetkan dapat memproduksi 10 ton minyak makan merah per hari dari 50 ton sawit. yang setara dengan hasil sawit dari kebun seluas 1.000 hektare.

“Sekarang sudah ada sebenarnya beberapa koperasi petani sawit yang luasan lahannya di atas 1.000 hektare. Ini sudah siap, baik yang di Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan. Tapi Presiden sekali lagi minta piloting dulu. Ini juga kami nanti akan kerja samakan juga dengan PTPN (PT Perkebunan Nusantara, red),” katanya.
Ia menjelaskan, sebelum pembangunan pabrik mini berbasis koperasi ini disetujui, teknologi untuk memproduksi minyak makan merah sudah dirancang oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Kota Medan. Teten berharap PPKS dapat segera membuat detail engineering design (DED) sehingga mesin tersebut bisa segera diproduksi untuk menjadi proyek pilot.

“Nanti ya kita akan putuskan (pilotnya di mana), tapi salah satunya ya tentu Sumatera, Kalimantan, tapi ada koperasi-koperasi yang juga secara keuangan mereka bisa membangun sendiri dengan keuangan dan mereka juga kan koperasi ini punya anggota cukup besar dan anggotanya juga UMKM kan,” jelasnya. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button