Editor: M. Anton
JITOE – Teater Potlot menggelar seminar berjudul Pindang di Taman Budaya Jakabaring, Palembang, Minggu (06/11/2022).
Keunikan pindang sebagai makanan khas Sumatera Selatan dikupas dengan mengandeng penyair Afrizal Malna, Dr. Najib Asmani dari Universitas Sriwijaya, Dr. Yenrizal dari UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Amilda dari UIN Raden Fatah Palembang, serta budayawan muda Palembang Yudhy Syarofie.
“Pindang adalah sebuah pengetahuan tidak hanya sebatas bagaimana masakan pindang di masak dengan menggunakan bumbu, namun ada praktek-praktek kesenian yang ikut dalam hal tersebut,” tutur Afrizal Malna.
“Berdasarkan lingkungan hidup kita dapat melihat hal terdekat dalam pindang adalah sungai. Hal ini perlu menjadi perhatian agar dapat menjaga eksosistem penting dalam sejarah Palembang, maka pindang pun akan mengalami degradasi sejarah,” tambahnya.
Dosen dan peneliti di Fisip UIN Raden Fatah Palembang Dr Yenrizal M.Si berpendapat lain pindang tidak sebatas bahasan kuliner, tapi kalau dilihat dari sisi yang lebih jauh, bagaimana produk itu didapat dari masyarakat dalam memaknai sekitar kehidupan masyarakat, termasuk pemilihan bumbunya yang ada di sekitar masyarakat termaksuk bahan utamanya yakni ikan.
“Semua jenis ikan pada masa lalu yang ada di sajikan dalam kuliner pindang pada masa kini. Dan perubahan jenis ikan olahan dalam kuliner pindang sekarang dikarenakan habitatnya sudah banyak rusak.”
Hampir semua pemateri mengatakan dan mengaitkan kehilangan beberapa jenis ikan bahan baku pindang dari masa kemasa, dikarenakan kerusakan habitat ikan selama ini.
Dahulu pindang diisi dengan ikan-ikan dari sungai, rawa dan danau di Sumatera Selatan. Ikan ditangkap langsung di habitatnya dan dimasak oleh ibu-ibu dengan kemampuan mengolah masakan masing-masing secara turun temurun.
Tapi sekarang pindang sudah beralih, kebanyakan ikan yang diolah didapur masakan, didapat dari ikan keramba atau peliharaan kolam.
Budayawan Sumsel Yudhi Syarofie mengatakan sebagai orang yang bisa memasak beberap jenis pindang termasuk 200 resep kuliner masakan Sumsel. Perbedaan pindang di Sumsel dengan beberapa daerah terlihat dari bumbu masakan, warna kuah pindang, rasa dan bahan baku.
“Sementara di kota Palembang yang hanya bisa memasak pindang hanya kaum wanita, dikarenakan di Palembang pada masa lalu, larangan pria memasak di dapur. Sehingga pada masa lalu dapur orang Palembang hanya dikhusus untuk kaum wanita. Namun sekarang sudah banyak lelaki yang memasak, karena cara memasak dapat di teknologi.” jelasnya.
Menurut Yudhi resep masakan pindang tidak memiliki standar khusus, dan standarisasi dari kebiasaan orang memasak dari pengetahuan turun temurun. Rasa pindang pun diakui dari rasa peracikan bumbu pemasaknya yang kebanyakan berasal dari pedesaan hingga sampai perkotaan. (*)