Pertemuan Pemuja Setan Terbesar dalam Sejarah Bakal Digelar
Editor: M. Anton
JITOE – Grup The Satanic Temple (TST) pada Senin (09/01/2024) mengumumkan akan menggelar pertemuan pemuja setan yang diklaim terbesar sepanjang sejarah. Acara itu bakal digelar 28-30 April di Boston, Amerika Serikat.
Berdasarkan pengumuman itu, pertemuan dengan tajuk SatanCon 2023 itu akan diramaikan dengan “presentasi ritual setan, panel diskusi, dan pasar.”
TST tak mengungkap secara jelas lokasinya. Mereka hanya menyebut lokasi di “historic downtown.” Selain itu, presenter hingga vendor acara itu juga masih akan diumumkan di kemudian hari.
Mereka juga menegaskan bahwa peserta SatanCon harus berusia 18 tahun ke atas dan memiliki bukti vaksinasi Covid-19.
“Peserta harus memakai masker N-95, KN-95, atau masker operasi sekali pakai. Masker dari pelindung kaki, bandana, dan masker kain tak diperbolehkan,” tulis TST.
Setelah mengadakan SatanCon pertama tahun lalu di Arizona, TST memindahkan acara tersebut lebih dekat ke kantor pusat internasionalnya di Salem, yang juga dikenal dengan yang terkenal dengan pengadilan penyihirnya di akhir 1600-an. Kuil tersebut meng-klaim memiliki sekitar 2.500 anggota di wilayah Boston.
Dikutip dari laporan Russia Today, selama ini TST menegaskan bahwa mereka tak betul-betul percaya kepada setan.
Misi resmi mereka adalah “mendorong kebajikan dan empati di antara semua orang, menolak otoritas tirani, mendukung keadilan dan akal sehat praktis, serta diarahkan oleh hati nurani untuk melakukan hal mulia.”
Mereka juga sempat mendeklarasikan aborsi merupakan hak religius yang fundamental. TST menegaskan bahwa semua hukum yang melarang praktik aborsi sangat mendiskriminasi anggotanya.
Selain itu, TST dikenal sebagai kelompok yang kerap mengajukan tuntutan jika pihak berwenang menolak permintaan mereka untuk menggelar doa atau mendirikan patung berbau setan.
Mereka menganggap penolakan itu sebagai pelanggaran terhadap kebebasan beragama.
Setelah TST menyedot perhatian internasional karena advokasi yang mereka lakukan, Gereja Setan menyatakan kelompok itu “merupakan kelompok aktivis yang menggunakan bahasa berbau skandal untuk mendapatkan perhatian pers.” (*)