Malam Lailatur Qadar, Kapan ?
Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemuliaan.
Berdasarkan Surat Al-Qadr, malam lailatul qadar adalah malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat untuk mengatur semua urusan. Malam itu sejahtera hingga terbit fajar.
Dalam surat ad-Dukhan dijelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan pada lailah mubarakah (malam yang diberkahi), yaitu nama lain dari lailatul qadr. Dalam surat al-Baqarah dijelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadan.
Dan dalam surat al-Anfal dijelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan pada malam yang bertepatan dengan bertemunya dua pasukan, yaitu pasukan muslimin dan pasukan musyrikin pada perang Badar, yaitu yang terkenal dengan hari pembeda antara haq dan batil, yang terkenal juga dengan hari kemenangan.
Semuanya tidak menyebutkan tanggalnya, dan dalam surat al-Baqarah hanya disebutkan bahwa turunnya al-Qur’an adalah pada bulan Ramadan.
Menurut Sayyid Qutb, pada bulan Ramadan itulah diturunkan permulaan al-Qur’an ke dalam hati nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umatnya. Malam Qadar kadang-kadang disebut juga dengan malam takdir, karena pada malam itu Allah menetapkan segala sesuatu, kadang-kadang disebut juga malam maqam (kedudukan yang tinggi) atau qayyimah (yang lurus). (Sayyid Qutb, XXX: 210)
Lailatul Qadr adalam malam yang sangat dirahasiakan oleh Allah, karena itulah pada surat al-Qadr ayat dua berbentuk pertanyaan: Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?” [QS. al-Qadr (97): 2].
Maka hingga kini kapan tepatnya waktu lailatul qadr itu tidak dapat diketahui. Yang jelas, bahwa lailatul qadr adalah malam yang sangat istimewa, karena kemuliaannya yang tidak tertandingi oleh malam-malam lainnya, dan digambarkan pada ayat tiga surat al-Qadr: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”. [QS. al-Qadr (97): 3].
Karena itu Rasulullah SAW menganjurkan agar berusaha memperbanyak ibadah pada malam tersebut, sebagaimana diungkapkan dalam hadis: “Dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: Carilah lailatul qadr pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan.” [ditahrijkan oleh al-Bukhari, I, Kitab al-Tarawih, hal. 225]. Ada pula hadis: “Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tunggulah lailatul qadr pada sepuluh akhir (bulan Ramadan) atau sembilan akhir.” [ditahrijkan oleh Muslim, no. 211/1165].
Hadis di atas hanya menjelaskan bahwa Rasulullah saw menganjurkan agar mencari lailatul qadr pada sepuluh akhir atau sembilan akhir atau tujuh akhir bulan Ramadan, tidak menetapkan tanggal tertentu. Adapun tanggal 17 Ramadan, yang biasa diperingati di Indonesia, bukanlah ketetapan dari al-Qur’an atau hadis, melainkan merupakan hasil ijtihad ulama.
Mereka berpendapat bahwa tanggal 17 Ramadan, diisyaratkan dalam surat al-Anfal (8): 41, yang mengatakan bahwa permulaan diturunkannya al-Qur’an bertepatan dengan terjadinya perang Badar, yang menurut ahli sejarah terjadi pada hari Jum’at tanggal 17 Ramadan tahun 2 Hijriyah. Sekalipun tahunnya berbeda, tetapi tanggalnya sama.
Dari penjelasan tersebut, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa permulaan turunnya al-Qur’an, adalah pada bulan Ramadan, tetapi para ulama berbeda pendapat mengenai tanggalnya, demikian pula tentang tanggal lailatul qadr.
Karena itulah para ulama menganjurkan untuk berusaha mencari lailatul qadr mulai permulaan bulan Ramadan hingga akhir bulan. (*)
Sumber Majalah Suara Muhamadiyah nomor 17 tahun 2003