Palembang dengan air Sungai Musi dan sejarah panjangnya memiliki tradisi lebaran yang masih bertahan hingga saat ini.
Tradisi ini mulai dilakukan sejak beberapa hari sebelum lebaran dan pada saat ‘Hari Kemenangan’ tiba.
Berikut tradisi sambut lebaran wong Palembang yang Jitoe.com rangkum dari berbagai sumber:
1. Ziarah Kubur
Bagi warga Palembang yang telah menjalankan puasa selama satu bulan penuh maka dari itu lebaran juga menjadi momentum untuk memperkuat tali silaturahim dan berziarah ke makam keluarga yang sudah tidak ada.
Peziarah biasanya akan berdoa dan membersihkan makam keluarga dari kotoran tanah, rerumputan, dan mengecek kondisi makam.
2. Masak-masak Bersama
Momen ini adalah yang ditunggu para emak-emak. Biasanya perempuan dalam satu keluarga masak bersama di dapur atau halaman rumah.
Perempuan dalam satu keluarga biasanya berbagi tugas, ada yang memasak opor, rendang hingga malbi.
Bahkan termasuk membuat kue mewah kebanggaan wong Palembang, yakni maksuba dan lapan jam.
Jika zaman dahulu, tradisi memasak sehari sebelum lebaran ini hanya kaum perempuan. Namun di era milenial ini sudah tidak asing lagi, laki-laki turut membantu terutama pada bagian menjaga api ketupat.
3. Munjung
Sebagai wujud syukur setelah melewati satu bulan penuh puasa, warga Palembang akan berbagi makanan atau kue yang telah dimasak pada H-1 Lebaran. Biasanya, Munjung atau bersedekah dengan berbagai makanan ini dilakukan oleh yang lebih mudah kepada yang tua, adik ke rumah kakak, menantu kepada mertua.
Paling umum pada tradisi ini adalah menantu kepada mertua. Biasanya, seorang menantu perempuan akan menyiapkan berbagai masakan terbaiknya yang dimasak sehari sebelum lebaran pada rantang bertingkat. Kemudian, di hari pertama lebaran, usai melaksanakan sholat ied, sang menantu akan langsung pergi ke rumah mertua dengan membawa rantang.
Semakin enak dan semakin banyak masakan dan kue yang dibawa, maka akan menjadi simbol keberhasilan sang anak mencari istri.
Sampai di rumah mertua, sang menantu akan disambut dengan hangat lalu saling memaafkan. Kemudian, sang menantu akan ke dapur untuk memindahkan isi rantang ke wadah milik mertua. Ketika pulang, rantang menantu biasanya akan diisi oleh mertua dengan masakan terbaiknya.
4. Sanjo
Tradisi lebaran di Palembang berikutnya khusus dilakukan kaum pria di hari pertama lebaran. Usai sholat ied di masjid atau tanah lapangan, para pria tidak langsung pulang ke rumah masing – masing. Mereka akan berkumpul lalu sanjo atau silaturahmi tiap rumah dari peserta yang berkumpul.
Sementara ibu-ibu akan langsung pulang dan menyiapkan sajian terbaiknya untuk menyambut bapak-bapak yang akan sanjo.
Dimulai dari rumah yang terdekat dengan masjid atau tanah lapangan, warga akan sanjo mencicipi kue lebaran lalu doa bersama. Terkadang dalam perjalanan dari satu rumah ke rumah lain, para pria ini melantunkan selawat, menyalami setiap orang yang ditemui di jalan, dan foto bersama.
Warga diwajibkan mencicipi kue dan minuman yang disiapkan di setiap rumah yang dikunjungi. Jika tidak, pemilik rumah akan merasa tersinggung dan akan dibalas di lain waktu.
5. Takbiran keliling kampung
Tradisi lebaran di Palembang yang juga menarik untuk diketahui bahkan diikuti adalah takbiran keliling kampung. Biasanya anak-anak dan remaja masjid dengan membawa obor dan bendera tauhid serta bedug akan keliling kampung sambil meneriakkan takbir.
Takbiran keliling kampung ini sebagai wujud syukur dan suka cita menyambut lebaran. Awalnya, takbiran hanya keliling kampung, namun kemudian berkembang menjadi takbir keliling kota menggunakan mobil bak terbuka. (*)