“Ada Tangis yang Menghantarkan Kurniadi Menjadi Ketua PWI Sumsel”
Catatan Selintas Syahril Fauzi dari Konferprov PWI Sumatera Selatan
Persatuan Wartawan Indonesia Sumatera Selatan, usai sudah menggelar perhelatan Konferensi Provinsi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Selatan. Kurniadi, wartawan dari Musi Banyuasin dengan penampilan yang sederhana, mampu menerobos ‘tekanan’ yang ada dan berhasil meraih jabatan yang banyak diidamkan hampir semua wartawan di daerah ini.
Terpilihnya Kurniadi menjadi Ketua PWI Sumsel, mungkin dipikir orang sebuah kemustahilan. Sebab, lawan tarung Kurniadi di Konferprov, bukan orang-orang biasa. Ada Agus Harizal Pimred Suara Nusantara yang humilitas dan penuh percaya diri. Ada Afdhal, seorang wartawan senior yang juga aktif di dunia advokat. Ada Syarifudin Basri yang kerap dipanggil Haji Sabar, dan ada juga Hadi Prayogo dari Sriwijaya Post yang selalu enak diajak bicara dan selalu memahami lawan bicaranya.
Dari tingkat pendidikan, Kurniadi berada dibawah calon-calon lain. Bahkan soal pendidikan, nyaris menggagalkan dirinya maju bertarung. Namun, setelah Panitia mereview ulang kebijakannya dengan meminta petunjuk PWI Pusat, pencalonan Kurniadi dinyatakan sudah sah sesuai AD/ART PWI.
Dengan Kurniadi, terus terang terang secara pribadi, belum pernah sama sekali berkomunikasi dengan beliau meski saya berada dibawah payung PWI sejak tahun 1985. Namun, saya sudah memprediksi dia akan berhasil menjadi Ketua PWI Sumatera Selatan setelah mendengar cerita-cerita yang berkembang di kalangan pemilih, jauh hari sebelum pelaksanaan Konferprov. Hal ini sendiri, saya utarakan ke salah satu calon yaitu Hadi Prayogo, yang saya dukung penuh dalam ‘pertarungan’ ini.
Perhelatan untuk mengganti Ketua sebelumnya, Firdaus Komar, kali ini merupakan pergulatan paling seru sepanjang pemilihan Ketua PWI di Sumatera Selatan. Selain jumlah angka pemilih yang ‘meleduk’, trik-trik meraih kemenangan dilakukan berbagai cara. Siasat-siasat lama selalu digelar setiap Konferprov, dimainkan selalu berulang. Berulang, dan berulang dan biasanya menang. Tapi kali ini gagal. Sebab, Kurniadi memenangi pertarungan dengan mengantongi 247 suara, jauh meninggalkan rekannya hanya 214.
Peraihan Kurniadi meregut 247 suara, bukan terjadi begitu saja. Sebab ada tangis sedih dan haru atas kekalahan Hadi Prayogo, yang ‘tersungkur’ diposisi ketiga (124 suara). Kedukaan pada raut mereka amat tercermin, terutama dari tim saya yang sejak awal tulus mendampingi Hadi tanpa transaksional apapun. Kesediahn juga, meledak dari wajah wajah tim pendukung Hadi dari OKU.
Awalnya, saya memutuskan untuk menarik seluruh wartawan yang tergabung dalam kelompok SPPS dibawah koordinasi saya sekitar 35 orang untuk meninggalkan lokasi dan tidak melanjutkan pemilihan. Hal ini saya lakukan karena kondisi fisik saat itu sudah benar benar terasa lelah. Lelah mengikuti dagelan-dagelan memuakkan yang terjadi selama proses pemilihan terutama ‘tayangan’ dari tim salah satu calon.
Tangisan dua wartawati saat sedang berdiskusi dipelataran Asrama Haji sektor Medinah, cukup membuat pikiran saya berubah yang bermuara ‘maju untuk menang bersama Kurniadi’. Terlebih setelah ada utusan Kurniadi yang membawa komitmen untuk bersama-sama ‘berdayung’ mengayuh perahu PWI Sumatera Selatan. Akhirnya dengan kekuatan sekitar 45 orang lagi yang tersisa termasuk tim dari OKU, saya intrusikan ke tim untuk melanjutkan permainan. Hasilnya, saya merasa berhasil menjegal kesombongan dan ugal-ugalan. Kurniadi menang dengan 247. Kemenangan yang sudah tertulis di lauhul mahfudz.
Selamat untuk Kurniadi. Semoga bisa membawa PWI Sumatera Selatan menjadi yang terbaik dan menjadi contoh bagi provinsi-provinsi lain. Kami dari group SPPS dan Sejumlah wartawan di OKU bangga bisa menghalau ‘kesombongan’ dan kami juga bahagia sudah menghantarkan anda menjadi Ketua PWI Sumatera Selatan periode 2024-2029. Kami bersyukur tak ada traksaksional diantara kita, sebab kami takut jika ada traksasional, maka kami harus mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah SWT. Jayalah selalu PWI Sumsel. ***