Amalan-amalan Rasullullah SAW di 10 Malam Terakhir Ramadan
Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah dan Istimewa. Bulan Ramadan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar di antara bulan-bulan lain, utamanya pada sepuluh malam terakhir Ramadan.
Dalam tulisannya yang berjudul “Ini Tiga Amalan Utama Sepuluh Akhir Ramadan”, Dosen Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hengki Ferdiansyah, mengatakan bahwa keutamaan sepuluh malam terakhir Ramadan dijelaskan dalam hadits riwayat ‘Aisyah sebagai berikut:
“Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,” (HR Al- Bukhari).
Lantas, apa saja amalan utama yang dianjurkan untuk dilakukan pada waktu tersebut?
Dikutip dari Nu.or.id Menurut Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in terdapat tiga amalan yang mesti dilakukan pada sepuluh akhir Ramdhan.
Pertama, memperbanyak sedekah, mencukupi kebutuhan keluarga, dan berbuat baik kepada kerabat dan tetangga. Seseorang bisa menyediakan buka puasa semampunya bagi orang yang puasa, meskipun sekadar memberi segelas air.
Kedua, memperbanyak membaca Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an disunahkan kapanpun dan di manapun selain tempat dilarang membaca Al-Quran, seperti toilet.
Dalam penjelasan Imam An-Nawawi, membaca Al-Qur’an di akhir malam lebih utama daripada awal malam. Pendapat ini juga dikemukakan Abu Bakar Syatha yang mengatakan bahwa membaca Al-Qur’an di malam hari lebih baik daripada siang hari karena lebih fokus.
Sementara itu, membaca Al-Qur’an yang paling baik di siang hari adalah setelah shalat shubuh.
Ketiga, memperbanyak i’tikaf. Hal ini sesuai dengan kebiasaan Rasulullah yang meningkatkan ibadah dengan cara beri’tikaf di masjid pada sepuluh akhir Ramadan.
Amalan Rasulullah di sepuluh malam terakhir Ramadan
Dalam tulisan “Amalan Rasulullah pada Sepuluh Malam Terakhir Ramadan” dijelaskan bahwa Rasulullah saw melakukan ibadah yang dilakukan khusus pada malam-malam tersebut.
Pertama, menghidupkan malam-malam Ramadan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Muslim, ‘Aisyah meriwayatkan:
ماعلمته صلى الله عليه وسلم قام ليلة حتى الصباح
“Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadan hingga menjelang subuh,”
Kedua, Rasulullah saw selalu membangunkan keluarganya untuk shalat malam di malam sepuluh terakhir bulan Ramadan hadits Abi Dzar menggambarkan hal ini dengan jelas:
قام بهم ليلة ثلاث وعشرين وخمس وعشرين ذكر أنه دعا أهله ونساءه ليلة سبع وعشرين خاصة
“Bahwasannya Rasulullah saw beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam 29.”
Ketiga, Rasulullah mengencangkan ikat pinggang dalam arti menghindari tempat tidur pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Hal ini bersandar pada hadits:
في الصحيحين عن عائشة رضي الله عنها قالت: “كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله”
Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.
Keempat, Rasulullah saw pernah menyambung puasa tanpa berbuka hingga magrib yang akan datang (puasa wishal) pada satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadan. Namun puasa wishal tidak dianjurkan untuk ditiru oleh pengikutnya.
وروي عنه من حديث عائشة وأنس أنه صلى الله عليه وسلم :”كان في ليالي العشر يجعل عشاءه سحوراً
Kelima, Rasulullah saw mandi dan membersihkan diri dan memakan wangi-wangian menjelang Isya’ selama sepuluh hari terakhir Ramadan dengan harapan memperoleh laylatul qadar.
Keenam, Rasulullah saw selalu beri’tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadan. (*)