EkonomiPertanianSUMSEL

Combine Harvester Mengubah Potensi Pasang Surut

JITOE.COM, Palembang – Alat-alat pertanian modern saat ini mulai dimanfaatkan petani untuk membantu proses pengolahan dan proses pemanenan hasil pertanian.

Salah satu alat mekanisasi pertanian modern yang dimanfaatkan petani padi yaitu yang nama sebutannya Combine Harvester, merupakan alat pemanen padi yang mampu menggabungkan kegiatan pemotongan, pengangkutan, perontokkan, pembersihan, sortasi, dan pengantongan dalam satu proses kegiatan yang terkontrol.

Penggunaan combine harvester untuk pemanenan padi memiliki banyak keuntungan, terutama bagi wilayah yang mempunyai skala usaha sawah yang relative luas seperti lahan sawah di Provinsi Sumatera Selatan.

Panen padi dengan combine harvester tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu pemanenan lebih cepat karena menggunakan mesin yang relative besar. Selain itu peluang kehilangan hasil panen padi juga lebih sedikit, dibandingkan dengan diarit ataupun dengan alat ani-ani.

Hadirnya combine harvester seperti di sawah pasang surut Sumatera Selatan, meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Panen lebih cepat, hemat tenaga kerja, produktifitas tenaga kerja lebih tinggi, Index Pertanaman (IP) bisa ditingkatkan, waktu mengangur lebih pendek karena semakin banyak kesempatan kerja.

Sebelum adanya tractor dan combine harvester, ketika musim panen padi datang membutuhkan tenaga kerja untuk memanen per hektar dibutuhkan paling sedikit 50 orang, dengan pembagian hasil sampai 50% hasil panen untuk pemanen dan 50% untuk pemilik. Karena sering kali musim panen yang bersamaan, terjadi kesulitan mencari tenaga kerja sehingga harus didatangkan khusus tenaga pemanen dari wilayah lain.

Baca Juga:   BMKG: Malam Tahun Baru 2024 di Beberapa Wilayah Sumsel akan Turun Hujan

Apalagi Ketika belum ada mekanisasi pertanian, sawah pasang surut di Provinsi Sumatera Selatan hanya bisa panen padi satu tahun satu kali panen, dan produktifitasnya hanya 4 ton gabah per hektar. Sehingga saat itu tingkat urbanisasi masyarakat pasang surut sangat tinggi.

Ketika tidak ada pekerjaan di sawah dan saat lahan kosong tidak ada tanaman, maka untuk kelangsungan hidup keluarga mereka mencari pekerjaan dengan urbanisasi antara lain ke Kota Palembang menjadi pembantu rumah tangga, menarik becak, tenaga kerja bangunan dan lain sebagainya.

Dengan hadirnya mekanisasi pertanian terutama tractor pengolah lahan dan combine harvester maka terjadi perubahan sosial, masyarakat pasang surut di Sumatera Selatan menjadi lebih mapan dan tidak banyak meninggalkan lokasi karena di sana banyak tercipta lapangan kerja yang lebih luas.

Baca Juga:   Kuras Anggaran, Fasilitas Kendaran Dinas Pemkot Palembang Diwacanakan akan Ditarik

Index Pertanaman bisa meningkat 2 kali setahun. Pengolahan lahan pertanian sangat cepat dan kemampuan mesin combine harvester yang ada sekarang, satu alat mesin combine harvester mampu panen padi 15-20 ton gabah dalam satu hari.

Faktanya sekarang sangat nyata, di Provinsi Sumatera Selatan dahulu produksi padi terbesar itu ada di Kabupaten OKU Timur utamanya di Kawasan Belitang yang memiliki sawah dengan irigasi teknis yang baik.

Namun saat ini produksi padi terbesar di Provinsi Sumatera Selatan berada di lahan pasang surut Kabupaten Banyuasin. Hal itu tidak lain karena penerapan mekanisasi pertanian utamanya pompa air, tractor pengolah tanah, dan hadirnya combine harveste. (Pudiyaka)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button