Ekonomi

Inflasi Rendah, Sumsel Optimis Pertumbuhan Ekonomi Terkendali

Inflasi Rendah, Sumsel Optimis Pertumbuhan Ekonomi Terkendali

Jitoe – Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sumsel menunjukkan perkembangan positif. Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, mencatat, pada Januari 2021, IHK Sumsel mengalami inflasi sebesar 0,42 persen. Angka tersebut lebih rendah dari inflasi pada Desember 2020 sebesar 0,57 persen.

Bahkan secara tahunan, inflasi IHK pada Januari 2021 tercatat sebesar 1,37 persen. Angka tersebut juga menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,55 persen (yoy). Tidak hanya itu, realisasi inflasi ini juga lebih rendah dibanding inflasi nasional dan inflasi regional Sumatera yang masing-masing sebesar 1,56 persen dan 1,88 persen.

“Perkembangan ini terutama dipengaruhi infalsi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau seiring kenaikan harga cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras. Dengan perkembangan tersebut, realisasi inflasi kumulatif Sumsel pada bulan laporan sebesar 0,42 persen. Secara tahunan, inflasi IHK pada Januari 2021 sebesar 1,37 persen. Itu lebih rendah dibanding inflasi nasional,” sebut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, Hari Widodo, dalam laporannya Minggu (7/3/2021).

Baca Juga:   Wapres Ma’ruf Amin Serahkan Klaim BPJamsostek di Sumsel Senilai Rp1,1 Triliun

Diketahui juga, inflasi sebesar 0,42 persen tersebut lebih rendah dibandingkan historis inflasi Januari pada tiga tahun terakhir yang tercatat sebesar 0,47 persen.

“Melihat perkembangan terkini, beberapa indikator harga dan data historis, pada bulan Februari 2021 ini Sumsel diperkirakan akan kembali mengalami inflasi. Tapi inflasi pada Februari 2021 ini diperkirakan cenderung lebih rendah dari bulan sebelumnya,” tuturnya.

Inflasi pada bulan Februari tersebut juga diperkirakan berasal dari potensi kenaikan bahan makanan seperti daging sapi dan aneka cabai yang terus menunjukkan tren kenaikan karena meningkatnya permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

“Selain itu, kenaikan komoditas rokok dan besi beton juga mendorong laju inflasi. Namun tekanan inflasi tertahan oleh terjaganya pasokan komoditas bawang merah dan beras,” ujarnya.

Saat ini, lanjutnya, kegiatan pengendalian inflasi masi terus dilanjutkan dengan berpedoman pada strategi pengendalian 4K yakni pemantauan ketersediaan pasokan yang dilakukan melalui program penjajakan kerjasama sebagai tindaklanjut pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pangan serta berkoordinasi dengan provinsi Bengkulu untuk inisiasi Kerjasma Antar Daerah (KAD).

Baca Juga:   Tipidsus Kejati Sumsel Geledah Kantor Gubernur dan BPKAD Sumsel

Pemantauan keterjangkauan harga melalui monitoring harga komoditas pangan secara harian serta menyusun rencana sidak pasar. Lalu, memastikan kelancaran distribusi yang dilakukan dengan memprioritaskan angkutan untuk komoditas bahan pangan dan bahan pokok penting. Kemudian, komunikasi yang efektif melalui koordinasi secara berkala di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota.

Diprediksi, inflasi Sumsel secara keseluruhan di tahun 2021 ini masih terkendali. Tekanan inflasi masih tetap terjadi yang bersumber dari mulai pulihnya permintaan masyarakat dan penyediaan jasa makan minum seiring relaksasi aktivitas ekonomi dan telah ditemukannya vaksin covid-19 di tengah ketersediaan pasokan yang terjaga seiring masuknya musim panen beberapa komoditas holtikultura.

“Kedepan TPID Sumsel bersama satgas pllakan terus memperkuat koordinasi kebijakan agar menjaga inflasi tetap stab. Hal itu ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan bahan pangan strategis dan mengantisipasi resiko inflasi pangan dari adanya gangguan produksi, terutama potensi meningkatnya curah hujan karena fenomena La Nina,” pungkasnya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button