ITSI Fokus Pengembangan Kelapa Sawit
Editor: Pudiyaka
JITOE – Rektor Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI), Aries Sukariawan, mengungkapkan bahwa sebelum bernama Institut Sawit Indonesia (ITSI) bernama Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP-AP). Perubahan menjadi ITSI telah mendorong institusi pendidikan tersebut menjadi lebih tinggi.
Lebih lanjut Aries menjelaskan, perubahan menjadi ITSI itu tidak hanya sekadar nama, namun ada substansi didalamnya, dengan berubah menjadi institut, pihaknya diberi izin guna membuka 4 jurusan baru untuk program sarjana.
Program sarjana tersebut meliputi Agribisnis, Proteksi tanaman, Kimia Industri dan Sistem Informasi yang kesemua jurusan bisa mendukung dalam pegembangan sektor kelapa sawit nasional.
“Ke depannya kami berharap alumni ITSI dapat menjadi tongkat estafet guna pengembagan perkebunan kelapa sawit baik untuk perkebunan swasta maupun negara,” ujar Rektor ITSI dalam pembukaan kuliah umum, Selasa (8/2/2022) di Medan .
Dalam acara pembukaan kuliah umum tersebut, juga dimeriahkan penampilan Yel-yel oleh mahasiswa ITSI penerima beasiswa SDMPKS, dengan suara yang menggetarkan jiwa dengan semangat yang powerfull membuat suasana kuliah umum menjadi penuh semangat.
Pada kesempatan tersebut juga hadir Ketua DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumatera Utara, Gus Dalhari Harahap sempat menyampaikan pernyataan terkait bisnis kelapa sawit, katanya untuk saat ini sektor perkebunan kelapa sawit sedang menghadapi banyak cobaan, mulai dari naiknya harga minyak goreng, serta tanaman sawit dipastikan dinyatakan bukan tanaman hutan oleh KLHK.
Karena itu, Gus Dalhari berharap, para generasi muda bisa menjaga sawit, supaya kelapa sawit tidak bernasib sama dengan tembakau, cengkeh, yang kini hanya tinggal sejarah. “Saya berharap pada tunas bangsa untuk aktif dan berkontribusi penuh demi keberlanjutan kelapa sawit,” katanya.
Begitu juga tidak ketinggalan ada pernyataan dari Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Cabang Sumatera Utara, Timbas Prasad Ginting, yang menyebutkan sejatinya musuh kelapa sawit itu bukan dari luar negeri saja, namun paling besar musuh itu ada di dalam negeri. “Ini lantaran kelapa sawit adalah tanaman paling seksi di dunia, kalau di Indonesia saking seksi kelapa sawit, sampai terjadi 7 Kementerian ikut campur dalam urusan sektor kelapa sawit,” katanya. (*)