JITOE.com, Jakarta – Penjabat Gubernur Sumatera Selatan, Agus Fatoni, menghadiri Rapat Koordinasi Khusus (Rakorsus) untuk mengantisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Kegiatan ini diadakan di Gedung Manggala Wanabakti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta, pada Kamis (14/03/2024).
Dalam pertemuan tersebut, Fatoni menjelaskan langkah-langkah dan program yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam menangani Karhutla. Dia optimis bahwa langkah-langkah yang diambil akan memperbaiki penanganan bencana di masa depan.
“Nah tahun ini kita tetap melakukan langkah-langkah seperti pada tahun lalu, meniru pola pada tahun lalu dengan tetap meningkatkan dan mengoptimalkan sejak awal sehingga penanganannya bisa lebih efektif lagi,” jelas Fatoni dalam siaran pers, Jumat (15/03/2024).
“Tahun lalu kita mendapatkan apresiasi dari KLHK dalam penanganan karhutla, untuk itu tahun ini tentu kita akan lebih baik,” sambungnya.
Selain itu, Fatoni juga memberikan rekomendasi kepada pemerintah pusat terkait penanganan Karhutla, terutama dalam hal strategi, rencana, persiapan personel, dan anggaran penanggulangan bencana.
“Tadi kita ada sampaikan pula rekomendasi yang. Perlu strategi dan rencana yang baik melalui penyiapan anggaran, penyiapan personil, kemudian sarana prasarana, termasuk koordinasi di semua stakeholder yang ada harus diperkuat,” ucap Fatoni.
Sementara itu, Menko Polhukam Hadi Tjahjanto mengatakan bahwa prediksi fenomena El Nino diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun. Oleh karena itu, dia menekankan perlunya langkah-langkah massif dari semua provinsi yang rentan terhadap Karhutla untuk meminimalkan dampak bencana tersebut.
“Menyikapi karhutla dan El Nino tahun ini yang diprediksi masih akan terjadi hingga akhir tahun. Maka kita harus mengambil langkah lebih masif sehingga kita menegaskan kembali komitmen seluruh kementerian lembaga untuk semakin meningkatkan kerjasama dan saling bahu membahu dalam peningkatan upaya penanggulangan karhutla,” kata Menko Polhukam.
Berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau diperkirakan akan dimulai pada bulan Juni-Juli, sementara bulan Maret masih diprediksi akan hujan dan curah hujan pada bulan April. Oleh karena itu, Menko Polhukam mengingatkan kepada Kepala Daerah di wilayah yang rentan terhadap Karhutla untuk waspada dan siaga sejak dini.
“Pada bulan Mei curah hujan akan berkurang di Sumatera. Pada bulan Juni, Juli, Agustus, September harap diwaspadai akan terjadi potensi karhutlah di Sumsel, Riau, Kalteng. Untuk Jawa-Bali-NTB musim kering akan lebih dulu terjadi,” ucap Menko Polhukam.
“Bagi para Kepala Daerah segera lakukan monitoring dan evaluasi kegiatan di lapangan agar upaya penanggulangan karhutla selaras dengan pemerintah daerah setempat. Berikan juga pendampingan bagi masyarakat petani tentang teknologi dan sosialisasi karhutla,” sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyarankan agar selain pencegahan, upaya mitigasi pemadaman, dan penanganan pasca bencana juga perlu diperhatikan dalam penanganan Karhutla.
“Pemerintah daerah perlu membuat regulasi penanggulangan bencana, perencanaan anggaran, dan perluasan BPBD hingga ke daerah-daerah,” ujar Mendagri.(*)